TEORI PSIKOLOGI INDIVIDUAL ADLER LENGKAP

A.    Sejarah Singkat Munculnya Pendekatan Konseling Yang Dipelajari
Alfred Adler (1870-1937) adalah penemu pendekatan Adlerian pada konseling,juga dikenal sebagai psikologi individual (untuk menekankan sifat holistik dan keutuhan manusia).Dia adalah rekan sezaman Sigmund Freud dan bahkan anggota dari Vienna psychoanalytic Society yang didirikan oleh Sigmund Freud.Namun,Adler berbeda dengan Freud perihal pentingnya dorongan biologi sebagai kekuatan motivator utama dalam kehidupan dan menekannkan pentingnya  peresaan subjektif serta kepedulian sosial.Teorinya ini lebih membantu.Psikologi individual yang semakin berkurang kepopulerannya setelah kematiannya,direvitalisasikan diantaranya oleh Rudolp Dreikurs,Manford Sonstergard,Oskar Chistensen,Raymond Corsini,Donald Dinkmeyer,dan Thomas Sweeney.
B.     Kisah Hidup Tokoh Utama
Alfred Adler (1870-1937) adalah anak ketiga dari sebuah keluarga yang terdiri dari lima anak laki-laki dan dua anak perempuan.Seorang saudara laki-lakinya meninggal waktu masih kanak-kanak.Masa kanak-kanak Adler bukanlah masa yang bahagia,oleh karena dia sakit-sakitan dan sangat sadar akan datangnya maut.Pada usia 4 tahun dia hampir saja meninggal karena radang paru-paru,dan pada saat itulah dia berkeputusan untuk menjadi dokter kelak.
Oleh karena pada tahun-tahun pertama kehidupannya dia demikian sering menderita sakit,Adler dimanjakan oleh ibunya.Di kemudian hari dia “diturunkan dari tahta” kerajaannya sebagai anak yang dimanjakan dengan kehadiran adik laki-lakinya.Nampaknya dia mengembangkan hubungan saling percaya dengan ayahnya dan tidak merasa dekat dengan ibunya.Dia merasa iri dengan saudara laki-laki sulungnya,yang menyebabkan terjadinya pertentangan-pertentangan selama masa kanak-kanak dan masa adolesen.Masa kanak-kanaknya diwarnai dengan perjuangan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan masa kanak-kanak dan rasa rendah diri.jelas bahwa pengalaman dalam keluarga ini memberi dampak pada pembentukan teori-terinya.meski demikian dia merupakan teladan  dari orang yang membentuk kehidupannya sendiri sebagai lawan dari orang yang ditentukan oleh jalan nasibnya.
Adler adalah seorang pelajar yang tidak pandai,dan gurunya menyarankan kepada ayahnya bahwa profesi yang layak baginya adalah  tidak lebih dari seorang tukang sepatu.Dengan niat yang membaja pada akhirnya adler naik kejenjang juara kelas.Dia melanjutkan kestudinya ke fakultas kedokteran universutas vienna,buka prakter dokter swasta sebagai spesialis mata(opdhalmologist) akhirnya dia mengambil spesialis syaraf (neurology)dan psikiatri dan minatnya sangat besar akan penyakit anak-anak yang tidak bisa disembuhkan
Adler sangat peduli terhadap orang kebanyakan. Minat sosioalnya diungkapkan melalui sikapnya yang vokal terhadap masalah  praktek membesarkan anak-anak reformasi sekolah,dan prasangka yang menyebabakan timbulnya konflik.Gaya bahasa dalam bicara serta menulis yang digunakannya adalah sederhana serta non-teknik sehingga orang mudah mencerna serta mengaplikasikan psikologi individual.Setelah berdinas dalam perang dunia 1 sebagai perwira kesehatan dia ciptakan banyak klinik  bimbingan anak-anak disekolah-sekolah umum dan mulai melatih guru-guru,pekerja sosial,dokter-dokter serta tenaga-tenaga profesional yang lain.Dia merintis praktek mengajar para profesional melalui demonstrasi hidup dengan orang tua dan anak-anak dihadapan hadlirin yang besar jumlahnya.
Adler hidup dengan jadwal kerja yang kelewat padat,namum masih bisa menyempatkan diri untuk menyanyi,bermain musik dan bergembira diantara teman sejawatnya.Dia mengesampingkan nasihat sahabatnya untuk sedikit mengurangi kegiatannya. Pada pertengahan tahun 1920 dia mulai mengajar diamerika serikat,serta dikemudian hari sering melakukan kunjungan serta perjalanan keliling. Jadwalnya yang ketat terus berlanjut ,dan pada tanggal 28 mei 1937 ,waktu sedang berjalan-jalan sebelum memberikan kuliah yang sudah dijadwalkan di Aberdeen,dia roboh dan meninggal karena serangan jantung.
C.    Pandangan Tentang Manusia

Adler percaya bahwa apa yang terjadi pada diri seseorang individu dimasa dewasa sangat dipengaruhi oleh enam tahun pertama kehidupan. Fokus Adler tidaklah sekedar pada menggali peristiwa dimasa lalu,melainkan ia tertarik pada persepsi seseorang pada masa lalu dan bagaimana interpretasinya pada masa lalu itu memiliki pengaruh yang berkelanjutan. Banyak dasar-dasar teori Adler yang bertolak belakang dengan Freud. Misalnya saja,manusia itu bermotivasi pertama-tama oleh dorongan sosial dan bukan oleh dorongan seksual. Bagi Adler,perilaku itu memiliki suatu maksud dan terarah pada suatu sasaran. Kesadaran ,dan bukan ketidaksadaran,yang merupakan pusat dari kepribadian. Tidak seperti Freud ,Adler memberikan tekanan pada penentu suatu pilihan dan pertanggungjawaban,makna hidup,dan perjuangan untuk mencapai sukses atau kesempurnaan
Perasaan rendah diri bisa merupakan sumber dari kreativitas rasa rendah diri yang mendasar ini bisa memotivasi kita untuk mencapai penguasaan ,superioritas dan kesempurnaan,lebih-lebih dimasa usia dini . pada usia sekitar enam tahun ,sasaran hidup sudah terbentuk . sasaran hidup sudah menyediakan sumber motivasi manusia dan diungkapkan dalam bentuk perjuangan untuk mendapatkan rasa aman dan mengatasi rasa rendah diri.
Dari perspektif Adler manusia tidaklah sekedar ditentukan oleh keturunan dan lingkungan ,melainkan oleh kemampuan mereka untuk menginterpretasikan,mempengaruhi serta menciptakan peristiwa. Adler percaya bahwa isu sentralnya bukanlah apa yang kita bawa pada saat kita lahir. Yang krusial adalah apa yang kita perbuat dengan kemampuan yang kita miliki. Penganut aliran Adler mengakui bahwa kondisi biologis dan lingkungan membatasi kemampuan kita untuk menentukan pilihan serta berkreasi. Meskipun mereka menolak sikap deterministiknya freud mereka tidak harus melangkah kependapat yang lebih ekstrim yaitu dengan mengatakan bahwa manusia bisa menjadi apa saja yang dia mau.
Oleh karena pendekatan mereka berpijak pada model pertumbuhan,penganut aliran adler menaruh fokusnya pada reedukasi individu dan masyarakat. Adler adalah seorang perintis pendekatan subjektif pada psikologi,yang memberikan tekanan pada determinan internal dan perilaku seperti nilai,keyakinan ,sikap,sasaran,minat serta persepsi individual pada realitas. Dia adalah seorang perintis suatu pendekatan,yaitu holistik ,sosial,berorientasi pada tujuan dan humanistik
D.    Asumsi Masalah
Ada 3 faktor yang membuat orang bisa menjadi salah suai, tidak perlu ketiga faktor itu muncul bersama, satu faktor saja sudah cukup untuk membuat orang menjadi abnormal. Tiga faktor itu adalah sebagai berikut :
a)    Cacat fisik yang buruk
Setiap orang dapat mengembangkan perasaan inferior yang berlebihan, tetapi anak yang dilahirkan dengan cacat fisik yang buruk mempunyai peluang yang besar untuk menjadi salah suai dibanding anak yang lahir sehat jasmaninya.Anak cacat itu banyak yang mengkompensasi secara berlebihan kecacatannya itu. Sesudah dewasa, penderita cacar itu menjadi terlalu peduli dengan dirinya sendiri dan mengembangkan perasaan inferiorita yang berlebihan, yang wujudnya adalah tidak adanya rasa percaya diri, tidak punya keberanian, dan tidak mempertimbangkan perasaan orang lain.
b)   Gaya hidup manja (pampered)
Gaya hidup manja menjadi sumber utama oenyebab sebagian besar neurosis.Anak yang dimanja mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat aktivitas yang rendah. Mereka berharap orang lain memperhatikan dirinya, melindunginya, dan memuaskan semua keinginannya yang mementingkan diri sendiri. Ciri yang lain, sangat mudah putus asa, selalu ragu, sangat sensitif, tak sabaran, emosional khususnya dalam hal kecemasan.Anak yang dimanja tidak mendapat cinta yang lebih, tetapi justru kurang dicintai.Mereka terlalu dilindungi, dijaga, ditutupi, dan dipisahkan dari tanggung jawab.Anak yang dimanja juga merasa diabaikan. Anak yang biasa terlindungi ibunya, akan merasa ketakutan kalau ibunya tidak ada. Setiap kali mereka harus menjaga diri sendiri, anak menjadi merasa diabaikan, diperlakukan secara salah.Pengalaman seperti itu membuat anak di manja semakin merasa inferior.
c)    Gaya hidup diabaikan
Anak yang merasa tidak dicintai dan tidak dikehendak, akan mengembangkan gaya hidup diabaikan. Anak yang diperlakukan salah dan disiksa mengembangkan minat sosial yang kecil, dan cenderung menciptakan gaya hidup manja. Mereka hanya mempunyai sedikit rasa percaya diri dan cenderung membesar-besarkan kesulitan yang dihadapinya.Mereka mengharap masyarakat besikap dingin karena dia biasa diperlakukan dengan dingin. Mereka mendendam orang lain, tidak percaya dengan dirinya sendiri, tidak mampu bekerjasama untuk tujuan bersama. Mereka memandang masyarakat sebagai negeri musuh, merasa terpisah dari semua orang, dan cemburu kepada keberhasilan orang lain.
d)   Kecenderungan pengamanan (safeguarding)
Semua penderita neurotik menciptakan pengamanan terhadap harga dirinya. Gejala itu berperan sebagai kecenderungan pengamanan, memproteksi inflasi imagediri dan mempertahankan gaya hidup neurotik. Konsep kecenderungan pengamanan mirip dengan konsep pertahanan dari Freud.Keduanya adalah simtom yang dibentuk sebagai proteksi terhadap self atau ego. Namun ada beberapa perbedaan antara keduanya,
E.     Konsep-konsep penting pendekatan konseling yang dipelajari
Terdapat empat konsep dalam konseling kelompok dengan pendekatan Adler yang selaras dengan keempat tujuan konseling yang dikemukakan dalam bagian terdahulu dan sampai begitu jauh terdapat tumpang tindih aatara tahap yang satu dengan tahap yang lainnya. Keempat tahap itu adalah:
1.      Membentuk dan memelihara hubungan terapeutik yang tepat.
2.      Menjajaga dinamika yang terjadi di dalam diri individu angota-anggota kelompok (analisis)
3.      Mengkomunikasikan kepada individu, pemahaman mengenai diri sendiri (wawasan).
4.      Melihat berbagai pilihan yang baru dan membuat pilihan yang baru (reorientasi).
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia rela terjun dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti organisasi sosial dan mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa puas dengan melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban perang, kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud oleh Adler. Kebutuhan-kebutuhan sosial ini merupakan bawaan sejak lahir, perkembangan diri individu sejak masa kanak-kanak akan sangat menentukan cara individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
F.     Tujuan Konseling
Tujuan dari konseling Adlerian adalah membantu orang mengembangkan gaya hidup holistik dan sehat. Ini artinya mendidik atau mendidik ulang klien mengenai gaya hidup semacam itu serta membantunya mengatasi perasaan inferioritas. Salah satu tujuan utama dari konseling Adlerian adalah membantu klien mengatasi gaya hidup yang salah,yaitu gaya hidup yang egois dan berdasarkan tujuan yang salah serta asumsi yang tidak benar berkaitan dengan perasaan inferioritas. Perasaan tersebut dapat lahir dari suatu ganguan mental ataupun fisik,terlalu dimanja orang tua,atau diabaikan. Perasaan tersebut harus dikoreksi dan bentuk tingkah laku yang tidak benar harus dihentikan. Untuk melakukannya,konselor mengambil peran guru dan interpreter peristiwa. Konseling Adlerian menghadapi manusia seutuhnya (Kern & Watts,1993 ). Klien adalah orang yang paling berkuasa dalam menentukan apakah ingin mengejar kepedulian pada diri sendiri atau masyarakat.
G.    Hubungan Konselor-Konseli
Adlerian menganggap hubungan baik antar klien itu adalah yang keduanya berkedudukan yang sederajat yang didasari pada kerjasama,saling percaya,saling menghormati,saling menjaga rahasia dan keselalarasan sasaran. Mereka member nilai istimewa pada contoh berkomunikasi dan berbuat dengan penuh keyakinan yang diberikan oleh konselor. Dari permulaan kegiatan terapi hubungannya sudah menampakkan sifat kerjasama, diwarnai oleh ulah dua orang yang bekerja dalam suasana kesamaan derajat menuju ke sasaran spesifik yang dikehendaki bersama. Dinkmeyer.Dinkmeyer,dan sprerry (1987) menyatakan bahwa sejak awal mula kegiatan konseling,seyogyanya klien mulai memformulasikan rencana atau kontrak dengan memerinci apa yang dimaui,rencana apa yang disusun untuk bisa sampai pada tempat yang dituju,apa kendala yang mereka jumpai hingga tidak berhasil mencapai sasaran,bagaimana mereka bisa mengubah perilaku tidak produktif menjadi perilaku yang konstruktif,dan bagaimana mereka bisa memanfaatkan asset yang mereka miliki sebaik-baiknya untuk bisa mendapatkan apa yang mereka hendaki.
H.    Tahapan Konseling
1.      Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan. Individu melihat bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang jika dibandingkan dengan orang dewasa. Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih tinggi. Jika telah mencapai taraf perkembangan tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk mencapai taraf berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah dirinya ini tampak dinamis mencapai kesempurnaan dirinya.
Berkenaan dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau inferior ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity). Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal ini merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.
2.      Prinsip Superior (Superiority Principle)
Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua prinsip ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua istilah ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya tak dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai motivator utama perilaku menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah makhluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin survive. Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Demikian banyak pasien Adler yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif dan dinyatakan sebagai manusia tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia adalah kekuatan (power). Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini sangat bersifat universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan need seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk superior sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat bahwa superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi dengan orang lain. Superioritas yang dimaksud adalah superior atas diri sendiri. Jadi daya penggerak yang utama dalam hidup manusia adalah dinamika yang mengungkapkan sebab individu berperilaku, yakni dorongan untuk mencapai superior atau kesempurnaan.
3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)
Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas, untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini Adler tidak menerima pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk dari lingkungan sepenuhnya. Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut. Dengan adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia yang berperilaku dalam cara yang sama.
Gaya hidup seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada perasaan diabaikan (feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved) menafsirkan semua pengalamannya dari cara pandang tersebut. Misalnya ia merasa bahwa semua orang yang ingin mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai usaha untuk menggantikan perasaan tak disayangi tersebut. Gaya hidup seseorang telah terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya hidup yang sudah terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat berubah. Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia. Apa yang berubah hanya cara untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk memuaskan gaya hidup. Misalnya, bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak disayangi, adalah lebih baik praktis untuk membentuk tujuan semu bahwa kasih sayang baginya tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha meyakinkan bahwa tidak dicintai pada masa lalu tidak penting baginya, dan bahwa meyakinkan kemungkinan untuk dicintai pada masa yang akan datang diharapkan dapat memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat dilakukan, akan tetapi kemungkinannya sangat sukar, karena beberapa pertimbangan emosi, energi, dan pertumbuhan gaya hidup itu sendiri yang mungkin keliru. Karenannya jauh lebih mudah melanjutkan gaya hidup yang telah ada dari pada mengubahnya.
4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)
Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih dari sekedar produk lingkungan atau makhluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri, namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Gaya hidup bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih dari itu. Ia asli, membuat sesuatu yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian yang baru. Individu mencipta dirinya.
5. Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)
Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari, dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya. Manusia dengan tipe otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses mental dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh kesadarannya pada suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan diingat oleh individu. Ingatan adalah fungsi jiwa, yang tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak efisien ini adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh, khususnya otak. Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar (preconsious dan uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa bahwa manusia sangat sadar benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang dicapainya, dan ia dapat merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan yang dipilihnya secara sadar.
6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)
Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan, melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu. Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri. Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah didukung oleh prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya mencapai gelar tersebut. Usaha mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk tujuan semunya, sebab kedua hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata, melainkan hanya perangkat semu yang menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-tujuan yang lebih jauh pada masa datang.
Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu adalah semua karena dibuat amat ideal untuk diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan fiksional atau semu ini tak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke arah superioritas melalui gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari perasaan rendah diri dan selalu ditarik oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-kekuatan tingkah laku manusia. Melalui diri keratifnya manusia dapat membuat tujuan semu dari kemampuan yang nyata ada dan pengalaman pribadinya. Kepribadian manusia sepenuhnya sadar akan tujuan semu dan selanjutnya menafsirkan apa yang terjadi sehari-hari dalam hidupnya dalam kaitannya dengan tujuan semu tersebut.
7. Prinsip Minat Sosial (Sosial Interest Principle)
Setelah melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler menyatakan pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua. Dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada lingkungan pendidikan dasar dimana anak mulai mengidentifikasi kelompok sosialnya. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada orang lain. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba, ia dapat mengendalikannya. Proses-proses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya. Dikarenakan manusia tidak sepenuhnya dapat mencapai superioritas, individu tetap memiliki perasaan ketidakmampuan. Namun individupun yakin bahwa masyarakat yang kuat dan sempurna akan dapat membantunya mencapai pemenuhan perasaan superior. Gaya hidup dan diri kreatif melebur dalam prinsip minat sosial yang pada akhirnya terwujud tingkah laku yang ditampilkan secara keseluruhan.

I.       Teknik Konseling
Fase-fase konseling aliran Adler tidaklah linier dan tidak bergerak maju dengan langkah-langkah yang kaku; melainkan, fase-fase itu akan bisa dipahami sangat baiknya sebagai suatu jalinan benang yang nantinya akan membentuk selembaran kain. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya maka tahap-tahap konseling adalah sebagai berikut:
1.    Fase 1: Menciptakan Hubungan
Konselor aliran Adler bekerja dengan cara saling mengisi dengan klien, jadi menambah rasa pertanggungjawab atas kehidupan mereka. Hubungan ini didasari oleh rasa peduli, keterlibatan, dan persahabatan yang mendalam. Konselor sebagai manusia dan sahabat yang oleh klien bisa diharapkan untuk tempat bertanya dan meminta pertolongan bila diperlukan. Mozdziers, dkk. Melihat hubungan itu sebagai kemitraan, di mana masing-masing pihak bekerja demi kebaikan klien. Kemajuan terapeutik hanya mungkin apabila tujuan konseling itu ditentukan dengan jelas dan apabila ada keserasian tujuan antara klien dan terapis. Agar bisa efektif maka proses terapeutik itu harus menangani isu pribadi yang oleh klien diakui sebagai signifikan dan diinginkan untuk bisa dibahas dan bisa diubah.
Salah satu cara untuk meningkatkan hubungan yang bisa berjalan adalah dengan diberinya klien pertolongan oleh konselor agar bisa menyadari akan asset dan kekuatan yang dimilikinya, dan bukan dengan menangani kekurangan-kekurangannya serta kewajiban-kewajiban yang harus dipikulnya. Oleh karena itu, konselor aliran Adler berfokus pada dimensi positif dan menggunakan dorongan semangat serta dukungan. Selama fase permulaan ini, hubungan dilakukan dengan jalan mendengarkan, memberi tanggapan, menunjukkan sikap menghormati kapasitas klien untuk bisa berubah, dan menunjukkan rasa antusiasme yang jujur. Pada umumnya, klien yang masuk dalam kegiatan terapi hanya sedikit saja mau menghargai dan menghormati diri sendiri serta mereka tidak percaya bahwa mereka ada kemampuan untuk menangani tugas-tugas hidup. Dalam hal ini, konselor memberikan dukungannya yang merupakan obat penawar terhadap rasa putus asa dan patah semangat. Pengalaman seperti ini mungkin bagi beberapa orang merupakan yang pertama kali mereka menikmati berhubungan dengan orang yang benar-benar peduli. Membangunkan semangat terdiri dari usaha pertolongan kepada klien untuk bisa menggunakan semua sumber yang mereka miliki.
Selama fase permulaan dari konseling teknik utama adalah memperhatikan (attending) dan mendengarkan, mengidentifikasi dan menjelaskan tujuan-tujuan, dan memberikan empati. Memperhatiakan mengandung jalinan dalam tingkah laku seperti misalnya kontak mata yang baik dan secara psikologis terjangkau oleh klien. Mendengarkan mencakup menangkap pesan klien, baik yang verbal atau non verbal. Konselor berusaha untuk menangkap inti dari apa yang dialami klien. Rasa bisa memahami perasaan mencakup kemampuan konselor menangkap dunia subyektif klien dan mngomunikasikannya kepada klien. Apabila klien benar-benar telah dipahami dan bisa diterima, konselor pun cenderung untuk memfokuskan pada apa yang ingin mereka dapatkan dari proses konseling tersebut.
2.    Fase 2: Mengeksplorasi Dinamika Individual
Agar supaya memperoleh pengertian tentang gaya hidup klien, konselor memberikan perhatian yang besar kepada perasaan, motif, kepercayaan, dan tujuan. Mereka mengeksplorasi perasaan untuk memahami motif-motif untuk mengembangkan empati, dan untuk membina kualitas hubungan. Konselor memulai dengan mengekplorasi situasi hidup sekarang dan cara klien melaksanakan tanggung jawab pekerjaan, hubungan sosial, perasaan-perasaan mengenai diri sendiri dan sebagainya.
Tujuan klien pada tahap ini adalah tujuan ganda, yaitu memahami gaya hidup mereka dan melihat bagaimana itu mempengaruhi kepada fungsi mereka dalam menjalankan tugas hidup yang dilakukan sekarang. Konselor dapat memulai dengan mengeksplorasi bagaimana klien berfungsi dalam kerja dan dalam situasi sosial dan bagaimana klien berfungsi dalam diri mereka sendiri dan identifikasi peranan jenis kelamin mereka.
Konstelasi Keluarga
Analisa dan penilaian bergantung banyak pada konstelasi keluarga, yang mencakup pengevaluasian kondisi yang mempengaruhi yang terjadi pada waktu orang itu masih kanak-kanak dalam proses pembentukan pendapat tentang gaya hidup dan asumsi dasar. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan seseorang, yaitu posisi psikologis anak dalam keluarga, urutan kelahiran, dan interaksi antara kakak-beradik dengan orang tuanya. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran tentang persepsi diri klien dan tentang pengalaman-pengalaman yang telah mempengaruhi perkembangan mereka. Sekali informasi tentang konstelasi keluarga diperoleh maka tinggal tugas konselorlah untuk membuat rangkuman singkat dari materi itu.
Kenangan Masa Kecil
Prosedur penilaian yang lain yang digunakan oleh penganut Adler adalah minta kepada klien untuk memberitahukan kenangan yang pertama mereka ingat, termasuk perasaan-perasaan, serta pikiran-pikiran yang menyertai peristiwa itu. Peristiwa-periatiwa itu harus secara jelas bisa diingat oleh klien. Kenangan yang spesifik ini mengungkapkan keyakinan dan kekeliruan dasar. Klien bisa diminta untuk menutup matanya dan membiarkannya mengenang kembali peristiwa yang paling mereka ingat, dan konselor bisa menyatakan berbagi rasa dengan klien atas perasaan yang ada kaitannya dengan peristiwa itu. Penganut Adler menilai kenangan masa dini sebagai suatu petunjuk yang penting untuk bisa memahami gaya hidup individual. Mereka yakin bahwa hanya peristiwa yang konsisten dengan pandangan seseorang akan dirinya sendirilah yang masih ada dalam ingatan.
Mimpi
Mimpi adalah sebuah proyeksi dari apa yang sedang mengganggu pikirannya serta suasana hati seseorang. Klien bisa belajar untuk mengamati dan memahami dinamika internal mereka sendiri dengan jalan menggali apa yang diproyeksikan oleh mimpi mereka. Yang mendapat perhatian khusus adalah mimpi di masa kanak-kanak dan juga mimpi yang sedang dialami atau yang baru saja dialami. Mimpi bertindak tidak ubahnya sebagai petunjuk arah angin dilakukannya suatu perlakuan, oleh karena mimpi menaikkan suatu problema ke permukaan. Untuk bisa sejalan dengan semangat Adler maka mimpi dilihat sebagai mengandung maksud dan unik bagi setiap individu. Jadi, mimpi tidak mengandung lambang-lambang tertentu, orang tidak bisa memahami mimpi tanpa memahami orang yang mengalami mimpi itu.
Prioritas
Pemberian penilaian prioritas klien adalah jalan menuju ke pemahaman gaya hidup mereka. Nera Kefir (1981), psikologi Israel, mula-mula mendesain empat prioritas, yaitu: superioritas, kontrol, kenyamanan, dan menyenangkan. Setiap prioritas menyangkut suatu pola perilaku yang dominan beserta keyakinan yang menunjang yang digunakan untuk menangani sesuatu. Mengubah prioritas utama klien bukanlah tugas yang harus dilakukan oleh terapis. Melainkan tujuannya adalah agar mereka mampu mengenali perasaan mereka terhadap orang lain dan konsekuensi buruk yang akan mereka alami kerena terlalu berpegangan pada prioritas utama.
Integrasi dan Rangkuman
Sekali materi sudah tekumpul yang didapat dari konstelasi keluarga, kenangan masa dininya, mimpinya, dan prioritasnya, dibuatlah rangkuman dari masing-masing bidang. Akhirnya, berdasarkan kuedioner dari penilaian gaya hidup keseluruhan, materi ini diintegrasikan, dirangkum, dan diinterpretasi. Salah satu tugas konselor yang penting adalah mengintegrasikan dan merangkum informasi yang telah dikumpulkan. Konselor membacakan tentang gaya hidup di hadap klien Pada sesi berikutnya, klien diminta untuk membaca rangkuman itu keras-keras. Dengan demikian, klien ada peluang untuk mendiskusikan materi-meteri spesifik dan mengajukan pertanyaan.
Proses Pemberian Semangat
Setelah penelitian gaya hidup selesai dilakukan, klien bisa dibangkitkan semangatnya untuk memeriksa persepsi keliru mereka, untuk memulai menantang kesimpulan yang mereka buat, dan membuat catatan tentang asset mereka, kekuatan yang mereka miliki, dan bakat mereka. Pembangkitan semangat merupakan prosedur aliran Adler yang paling menonjol, dan oleh karena itu, hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah memasukkan kualitas positif klien dalam penilaian serta interpretasi keseluruhan, dan tidak sekedar suatu rangkuman tentang kekurangan serta kekeliruan semata. Penganut Adler juga precaya bahwa pematahan semangat adalah kondisi dasar yang mencegah berfungsinya seseorang, dan mereka melihat pembangkitan semangat merupakan obat penangkalnya.
3.    Fase 3: Memberi Semangat untuk Pemahaman
Meskipun para konselor aliran Adler pada dasarnya bersifat suka mendukung, mereka juga bersikap konfrontif. Mereka tantang kliennya untuk mengembangkan mawas diri tentang tujuan yang keliru dan perilaku mengalahkan diri sendiri. Pemahaman tentang tujuan serta sasaran yang tersembunyi ada kemungkinan untuk muncul ke permukaan tidak hanya melalui pembangkitan semangat serta tantangan tetapi juga bisa lewat interpretasi yang diberikan pada waktu yang tepat yang dinyatakan sebagai hipotesa tentatif.
Interpretasi adalah suatu teknik yang memberikan fasilitas pada proses didapatkannya wawasan diri. Fokusnya adalah pada perilaku di sini dan sekarang dan pada ramalan-ramalan dan antisipasi-antisipasi yang timbul dari kehendak seseorang. Interpretasi penganut aliran Adler dilakukan dalam hubungannya dengan gaya hidup. Yang ingin bisa dilakukan adalah menciptakan kesadaran akan tujuan hidup seseorang, sasaran serta maksud seseorang, logika yang dia miliki dan bagaimana logika itu bisa diterapkan, dan perilaku orang itu pada saat ini.
4.    Fase : Menolong agar Bisa Berorientasi Ulang
Tahap akhir dari proses ini adalah tahap berorientasi pada tindakan yang disebut reorientasi dan reedukasi, atau menerapkan wawasan dalam praktek. Tahap ini memfokuskan pada menolong orang melihat alternatif baru dan lebih fungsional. Klien di dorong semangatnya dan sekaligus ditantang untuki mengembnagkan keberanian mengambil resiko dan membuat perubahan-perubahan dalam hidupnya. Selama tahap reorientasi dari konseling, klien mengambil keputusan dan memodifikasikan sasaran mereka di dorong semangatnya untuk bertindak seolah-olah mereka itu orang yang mereka inginkan, dengan demikian bertindak untuk menantang asumsinya tentang keterbatasan dirinya. Klien diminta untuk menangkap dirinya sendiri dalam proses mengulangi pola lama yang membawa mereka ke perilaku yang tidak efektif. Hal yang esensial dalam fase ini adalah komitmen, oleh karena apabila klien mengharapkan dirinya berubah, mereka harus ada kemauan untuk menyediakan tugas bagi dirinya sendiri dan mau berbuat sesuatu yang khusus terhadap problema yang dihadapinya.
Tahap berorientasi tindakan ini adlah waktunya untuk menyelesaikan maslaah dan mengambil keputusan. Inilah waktunya konselor dank lien mempertimbangkan alternatif yang mungkin ada beserta konsekuensinya, mengevaluasi bagaimana alternatif ini akan bisa mencapai sasaran klien, dan menetapkan langkah-langkah tindakan yang spesifik. Beberapa teknik utama yang sering diambil Adler selama tahap reorientasi, yaitu: tindakan langsung, niat yang paradoksal, berandai-andai, menuang tuba ke dalam mangkuk susu klien, menangkap diri sendiri, menekan tombol, tidak ingin menjadi manusia cengeng, menyediakan tugas serta komitmen, dan mengakhiri serta merangkum.

J.      Contoh Implementasi Di Sekolah
Klien sangat cemas, sering memproyeksikan gaya hidupnya sekarang dalam ingatan masa kanak-kanaknya dengan mengingat peristiwa-peristiwa yang menakutkan, seperti mengalami kecelakaan sepeda motor, kehilangan orang tua ( sementara/permanen), atau disakiti temannya.sebaliknya individu yang minat sosialnya sehat, cenderung mengingat hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya. Pada dua kasus itu, pengalaman masa lalu tidak menentukan gaya hidup sekarang, tetapi gaya hidup sekaranglah yang membentuk ingatan masa lalu. Jadi, kalau gaya hidup sekarang dapat diubah, model peristiwa masa lalu yang di ingatpun akan berubah pula
.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TEORI PSIKOLOGI INDIVIDUAL ADLER LENGKAP "

Post a Comment